Tinggi badan bisa menjadi masalah serius
dan sensitif, terutama bagi pria. Itu karena "tuntutan" masyarakat
mengenai sosok pria ideal adalah tinggi tegap. Untuk mendapat tinggi
badan ideal itu, diperlukan tiga hal yang saling terkait dan menunjang,
yakni faktor genetik, nutrisi, dan aktivitas.
Willy mengeluhkan
tinggi badannya yang hanya 155 cm. "Saya ini masuk kategori terpendek di
antara teman-teman. Saya sering diejek 'Si Kate' atau semampai, alias
semester tak sampai," ujar mahasiswa kedokteran ini.
Di usia 21
tahun, ia masih menyimpan sedikit asa untuk menambah tinggi badannya.
"Saya tahu sudah terlambat, tapi saya ingin bertambah tinggi lima cm
lagi," ucapnya. Mungkinkah?
Dijelaskan oleh Dr Andito Wibisono
SpOt, ahli bedah tulang dari RS Bintaro, tinggi badan dipengaruhi gen.
"Kalau orang memiliki gen tinggi yang bagus, pasti akan tinggi. Gen ini
didapat dari keturunan. Contohnya, orang Afrika umumnya kurus tinggi
karena bangsa mereka memiliki gen tinggi yang bagus," paparnya,
Dipengaruhi gen
Hasil
penelitian terkini menemukan sebuah gen yang menentukan tinggi
pendeknya seseorang, namanya HMGA2. Perubahan sebuah "huruf" dasar di
kode genetik HMGA2, yakni C (Cytosine) akan berpengaruh.
Seseorang
yang hanya mendapatkan C dari salah satu orangtua, lebih tinggi 0,5 cm
dari yang hanya memiliki T (Thymin). Bila memiliki C ganda, akan lebih
tinggi 1 cm dari yang memiliki T ganda. Tentu masih ada gen lain yang
berkaitan dengan tinggi badan. HMGA2 hanya menjelaskan 0,3 persen dari
keberagaman tinggi manusia.
Beberapa ahli menyatakan, semua orang
masih berpeluang lebih tinggi jika memiliki kakek buyut dengan postur
tinggi. Ini menjelaskan mengapa ada anak yang lebih tinggi ketimbang
orangtuanya. Dalam kondisi ini ada semacam faktor keberuntungan. Jadi
gen tinggi itu hanya "melangkahi" orangtua si anak, sedangkan si cucu
mendapat warisan gen tinggi dari kakeknya.
Lempeng "epiphyseal"
Pusat pertumbuhan tinggi manusia, lanjut Dr Andito, berada pada lempeng
epiphyseal plate yang terletak di ujung tiap tulang panjang.
Epiphyseal plate
ini ada sejak manusia lahir dan menutup alias berhenti bekerja saat
usia 16 tahun (wanita) dan 18 (pria). "Maksimal usia 20-21 tahun. Jika
lempeng ini sudah menutup, pertumbuhan tinggi turut berhenti," ujarnya.
Pertumbuhan tinggi seseorang bisa terganggu jika terjadi sesuatu pada lempeng
epiphyseal. Cedera, trauma akibat kecelakaan, penyakit kanker tulang bisa merusak kerja lempengan ini.
Lempeng
ini tidak bekerja sendirian. "Hormon pertumbuhan dan banyak hormon lain
turut menentukan kinerjanya," katanya. Untuk menunjang kerja
hormon-hormon ini diperlukan gizi yang cukup.
Menurut Dr Andito,
bangsa Jepang dulu dikenal pendek atau kate. Kini tinggi mereka sama
dengan rata-rata orang Indonesia. "Hal itu karena ada perbaikan nutrisi
dari generasi ke generasi," sebutnya.
Untuk bertambuh ke atas,
tubuh memerlukan semua zat dan mineral yang ada dalam makanan. "Makan
empat sehat lima sempurna atau makanan seimbang sudah cukup. Jadi tidak
hanya makan yang mengandung kalsium melulu. Nanti tulangnya kuat, tapi
bagian lain tubuh kekurangan nutrisi penting," katanya.
Tak ada ukuran baku
Kegiatan sehari-hari-juga berperan dalam urusan tinggi badan. Aktivitas yang dapat merangsang kerja lempeng
epiphyseal,
misalnya atletik, basket, berenang, dan lompat tali. "Olahraga ini
mesti dilakukan pada masa pertumbuhan. Jika dilakukan setelah masa
pertumbuhan, ya sia-sia saja," ujarnya.
Ketiga faktor tadi saling
terkait. "Jika memiliki gen tinggi tapi tidak didukung nutrisi dan
olahraga, bisa jadi pertumbuhannya mandek dan tidak optimal," imbuhnya.
Mengenai
standar tinggi seseorang, menurut Dr Andito, tak ada ukuran baku. "Bagi
orang Indonesia, tinggi badan 170 cm sudah dianggap cukup, meski bagi
orang Eropa tergolong kurang tinggi. Jadi standardisasi tinggi badan
tergantung masyarakat menilainya," katanya.
Kesimpulan
Pertumbuhan akan berhenti diusia 20-21 tahun. Selama Anda dibawah usia tersebut, masih ada kesempatan untuk menambah tinggi badan, walaupun orang tua kita tergolong pendek. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah
- Mencukupi nutrisi penting (Kalsium, Zinc, Vit. D, Vit. B, Vit. A dan Protein)
- Olah raga rutin, karena olah raga akan merangsang jaringan epiphyseal untuk bertumbuh.
- Mencukupi Istirahat, karena saat kita beristirahat, hormon pertumbuhan akan bekerja.
- Menghindari hal-hal yang dapat menghambat pertumbuhan dengan cara berpola hidup sehat: menghindari rokok, alkohol, minuman bersoda.
Suplemen
Tiens Kalsium Powder ,
Tiens Zinc Kapsul dan
Tiens Spirulina dapat membantu agar tubuh tercukupi secara nutrisi. Tiens Kalsium Powder, sangat mudah diserap tubuh, kemampuan daya serap mencapai 90%. Begitu juga dengan suplemen Tiens Zinc Kapsul, dengan formula khusus, membuat zinc lebih mudah diserap tubuh.
Untuk beberapa kasus yang
amat sangat jarang konsumen kami pada usia 24-25 thn masih bertambah, walaupun hanya 2-3 cm (lihat
testimoni kami)
Bila usia Anda dibawah 20 tahun, yuk, jangan lewatkan kesempatan untuk
menambah tinggi badan. Bila usia Anda sudah melewati 20 tahun, tidak ada
salahnya mencoba. Karena kebutuhan kalsium, zinc dan protein tidak
hanya berhenti setelah usia Anda menginjak usia 20 tahun. Sambil
memenuhi kebutuhan nutrisi harian, siapa tahu masih ada kesempatan
menambah tinggi badan beberapa cm. Sambil menyelam, minum Air.
Related Article
Manfaat Kalsium
Selain Peninggi Badan, apa sih manfaat Kalsium, Zinc dan Spirulina